TEGAR BELAJAR MENJADI MANUSIA
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pada dasarnya ibadah qurban telah dilakukan ketika manusia pertama yaitu Nabi Adam hadir didunia. Pada waktu itu Allah memerintahkan kepada dua orang anak nabi Adam untuk melakukan ritual qurban. Salah satu anak nabi adam yaitu habil, memberikan persembahan terbaik untuk diqurbankan, sedangkan kobil mendatangkan hasil dari pertaniannya yang sudah rusak dan busuk yang menunjukan ketidak ikhlasannya dalam melakukan ritual qurban yang diperintahkan Allah , yang menyebabkan tidak diterimanya qurban yang dilakukannya, sedangkan yang diterima adalah ritual qurban yang dilakukan habil, dan apa yang dilakukan habil menunjukan keikhlasan dalam melaksanakan perintah qurban yang menjadikan qurbannya diterima disisi Allah.
Namun pelaksanaan qurban yang dilakukan oleh kedua anak Nabi Adam tersebut bukan merupakan landasan disyariatkannya penyembelihan hewan qurban dalam Islam, tapi landasannya adalah sejarah qurban Nabi Ibrahim AS. Melalui sebuah mimpi, Allah telah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya dari Hajar yaitu Nabi Ismail. Peristiwa ini merupakan gambaran cinta yang tulus dan ketaatan yang tinggi seorang hamba kepada Rabbnya sampai merelakan anaknya sendiri untuk dikorbankan demi menjalankan perintah Rabbnya, karena ia sendiri yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan Allah Maha Adil sehingga ia yakin bahwa Allah tidak akan mencelakakan dan mendhalimi hamba-Nya.
Dan semua itu terbukti, ketika Nabi Ibrahim bersiap-siap untuk menyembelih anaknya, seketika Allah mengirimkan seekor qibas yang menggantikan Nabi Ismail. Kisah ini diceritakan dalam Alqur’an surat Ash-Shaaffaat ayat 102 – 109 :
“Maka tatkala sang putra itu berumur dewasa dan bisa berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku bermimpi aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, Kami berseru dan memanggilnya: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah meyakini mimpi kamu itu. Sesungguhnya demikianlah, Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar merupakan ujian yang nyata. Dan Kami tebus putra itu dengan seekor (kambing) sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.kesejateraan dilimpahkan atas Ibrahim”. (QS. Ash-Shaaffaat, ayat 102-108).
Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim untuk menjalankan perintah Allah tersebut bukan berarti tidak ada hambatan. Musuh terbesar ummat manusia yaitu setan dan iblis selalu berusaha mengodanya, namun beliau tetap tegar dan bersabar, lalu beliau melempari setan dan iblis dengan batu-batu kerikil, yang akhirnya kisah ini masuk kedalam rangkaian pelaksanaan ibadah haji disaat idul qurban yang terkenal dengan sebutan melempar jumroh.
Itulah kecintaan dan ketaatan Nabi Ibrahim kepada Rabbnya yang dibuktikan dengan menjalankan perintah-perintah Allah walaupun perintah tersebut sangat berat dan harus mengorbankan seorang anak yang dicintainya. Itulah ujian yang Allah berikan kepada Nabi Ibrahim untuk memperlihatkan kepada kita tentang kecintaan dan ketaatannya kepada Allah melebihi kecintaannya kepada materi dan keduniaan, baik itu harta, anak ataupun istri.
Sebelumnya Allah juga telah menguji Nabi Ibrahim yang sudah berusia lanjut namun belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akhirnya sang istri, yaitu Sarah menyarankan suaminya untuk menikah lagi. Kemudian menikahlah Nabi Ibrahim dengan Hajar, seorang wanita shalihah yang dipilihkan oleh Sarah. Tidak lama setelah itu hajarpun hamil, yang diikuti dengan hamilnya Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim. Saat-saat yang ditunggu Nabi Ibrahim pun akhirnya terwujud dengan lahirnya Nabi Ismail.
Namun ujian Allah terhadap hambanya yang shaleh Nabi Ibrahim tidak sampai disitu. Setelah kelahiran Nabi Ismail Allah menguji Nabi Ibrahim dengan memerintahkannya untuk pergi meninggalkan istri dan anaknya yang masih mungil disebuah daerah yang sangat gersang, yaitu lembah Baka (lembah air mata). Lembah tersebut adalah lembah yang terkenal dengan kegersangannya dan tidak ada sebatang pohonpun yang tumbuh serta tidak ada air. Sehingga dikatakan bahwa setiap orang yang ada dilembah tersebut pasti akan menangis. Maka disebutlah lembah tersebut dengan lembah baka yang artinya lembah air mata. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Hajar bertanya kepada Ibrahim sampai tiga kali, perihal ditinggalkannya ia dan anaknya di lembah tersebut. Hajar berkata,"Wahai Suamiku, apakah yang engkau lakukan ini perintah Allah ".Nabi Ibrahim menjawab "Benar, ini adalah perintah Allah". Hajar menjawab dengan tegas tanpa keraguan sedikitpun. "Kalau memang ini perintah Allah , tinggalkanlah kami . Karena Allah pasti akan menyelamatkan hamba-Nya dan tidak akan menyengsarakannya". Kemudian berjalanlah Ibrahim meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Namun, kecintaan Ibrahim terhadap mereka, menghentikan langkahnya seraya berdo'a dan bermunajat kepada Allah …sang khalik yang lebih mencintai hamba-Nya. Do'a ini diabadikan dalam Al Qur'an,
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo`a: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (Al-Baqarah: 126). Sedangkan tempat berdirinya Ibrahim menjadi maqom Ibrahim dekat Baitullah.
Setelah ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim, Nabi Ismail kecil mulai menangis dibawah terik matahari karena kehausan dan kepanasan. Hajar sebagai seorang ibu, berusaha untuk mencarikan air bagi anaknya.Hajar kemudian berlari-lari kecil antara dua bukit shafa dan marwah. Perjuangan Hajar ini diabadikan dalam prosesi sa’i. Prosesi sa’i merupakan simbol kasih sayang dan kecintaan seorang Ibu terhadap anaknya.
Itulah kisah keluarga Nabi Ibrahim yang mendapatkan berbagai ujian dari Allah dan mereka mampu bersabar dalam ujian tersebut. Itulah kesholehan sang Nabi Ibrahim, yang kesholehan tersebut tidak hanya dimilikinya sendiri, tapi juga dimiliki oleh anak dan istrinya, sehingga kesabaran dalam menghadapi ujian tidak hanya dihadapinya sendiri, tapi dihadapi oleh sekeluarga. Dan ujian yang terberat adalah ujian penyembelihan Nabi Ismail yang peristiwa ini diabadikan dengan ritual ibadah qurban yang dilakukan oleh segenap kaum muslimin diseluruh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar